Sabtu, 24 Juli 2010

Swim

“Arrrgh! Nyebelin!”
Angel membuka pintu kamarnya dan langsung terjun bebas di kasur empuknya. Hari ini Angel pergi ke kolam renang umum untuk berlatih bersama anggota klubnya. Pak Herman, pelatihnya, sedang cuti untuk sementara waktu. Angel dan teman-temannya berlatih dengan klub lain untuk sementara. Dia terheran-heran saat melihat pelatih klub itu. Namanya Arya. Usianya baru dua puluh lima tahun, namun prestasinya sudah melebihi perenang senior. Tubuhnya atletis. Wajahnya mampu memikat semua cewek yang berlatih renang pada hari itu. Namun siapa sangka kalau Arya ternyata kejam banget? Belum apa-apa, Angel dan teman-temannya harus berenang dari ujung kolam ke ujung lainnya selama lima belas menit. Siapa yang paling sedikit mengumpulkan poin harus pindah ke kolam anak-anak untuk selanjutnya dilatih oleh asisten Arya, Ale, yang sama kejamnya. Angel yang baru dua minggu bergabung di klub renang harus merasakan kekejaman Ale karena dia hanya berhasil mengumpulkan empat poin, tertinggal dari teman-temannya yang mengumpulkan tujuh poin.
“Sial!” gerutu Angel sambil memperagakan gaya bebas di kasurnya. Wajahnya manyun. Angel menelungkupkan wajahnya di bantal dan berteriak sekencang-kencangnya sampai Brian, kakaknya, masuk dan duduk di samping tempat tidurnya.
“Kenapa lagi lo?” tanya Brian sambil tersenyum geli saat melihat wajah sang adik yang memerah. Angel mendengus. “Pelatih renang gue reseh banget,” jawabnya sambil duduk di samping sang kakak dengan rambut awut-awutan. Brian tetap tersenyum geli. “Gue harus berenang dari ujung ke ujung selama lima belas menit. Gue cuma dapet empat poin. Gila aja dia! Kolam olympic segede gambreng begitu! Lagian gue kan baru masuk klub dua minggu yang lalu!” teriak Angel gusar.
“Lo kan udah tau konsekuensi masuk klub renang,” kata Brian mulai membujuk sang adik. Angel tetap menekuk mukanya. “Pokoknya gue sebel sama si Arya itu!” kata Angel. Brian menggeleng-geleng.
“Kak, lo mau kan, ngelatih gue?” tanya Angel tiba-tiba sambil menatap sang kakak.
“Ngelatih apaan?” tanya Brian.
“Renang.”
“Kapan?”
“Sekarang lah. Lo cepetan siap-siap sana, gue tunggu,” kata Angel. Brian tampak kaget namun segera kembali ke kamarnya. Dulu, dia adalah mantan perenang yang telah memenangi banyak perlombaan di tingkat nasional. Beberapa lama kemudian, Brian dan Angel meluncur ke sebuah pusat olah raga di kota.
“Lo siap?” tanya Brian saat Angel berdiri di sampingnya. Angel mengangguk dan segera berdiri di salah satu track. Brian mulai menyiapkan stop watch di tangannya. “Three two one, yap!” kata Brian memberi aba-aba. Angel melompat dari balok di tepi kolam dan mulai berenang dengan gaya bebas. Brian berjalan di samping kolam dan memberikan instruksi-instruksi pada sang adik. Diam-diam ada sepasang mata yang mengawasi mereka.
“Kaki rapat!” kata Brian saat sang adik berenang gaya dada atau katak. Angel tampak tidak peduli sehingga Brian terpaksa berteriak-teriak. Pemilik sepasang mata itu mengulas senyum. Angel dan Brian telah sampai di ujung kolam. Brian hendak memberikan instruksi lagi namun batal karena Angel telah berhenti dan tampak kelelahan.
“Heh! Ayo berenang lagi!” kata Brian sambil berkacak pinggang. Angel melepas kacamata renangnya. “Capek tau! Lo tau kan kolam ini ukurannya berapa?” bentak Angel. Brian menggeleng-geleng. “Nggak usah berlagak kayak si Arya deh!” kata Angel sambil menolak dinding kolam dan berenang kembali. Kali ini gaya kupu-kupu. Sepasang mata itu tampak menyipit. Dia heran mengapa namanya disebut-sebut.
Dua jam kemudian, Angel dan Brian duduk di tepi kolam. Brian telah berkostum renang kali ini. “Lo liatin gue berenang sekarang,” kata Brian sambil mengambil kaca mata renang di kepala Angel. Angel mengangguk-angguk. Brian berdiri di track, melompat sekuat-kuatnya, dan berenang dengan gaya bebas. Angel berjalan cepat di tepi kolam dan mengamati teknik renang sang kakak
“Kakinya Kak! Rapetin!” kata Angel saat Brian berenang dengan gaya dada. Brian hampir saja bernafas di air saat mendengar teriakan sang adik. Bah! Teknik berenang Angel nol besar jika dibandingkan dengan Brian tapi sudah sok-sok memberikan instruksi. Angel ngakak. Brian telah mencapai ujung kolam dan mulai berenang dengan gaya kupu-kupu. Angel masih setia mengikuti. Dari jauh Arya tersenyum. Itu gaya kupu-kupu terbaik yang pernah menjatuhkan gue dulu, batinnya.
Brian masih belum berhenti berenang saat Angel duduk di tepi kolam karena kelelahan. Brian tidak peduli dan menuntaskan renangnya tujuh kali lagi. Angel tersenyum geli. Teknik renang kakak emang keren, batinnya.
“Heh! Bukannya gue suruh ngeliatin teknik renang gue tadi?” bentak Brian saat melihat Angel duduk sambil menyibak-nyibak air dengan kakinya. Angel ngakak. “Capek Kak,” jawabnya. Brian mendengus. Angel tertawa dan akhirnya mereka balapan renang. Brian dan Angel berdiri di track masing-masing dan saling memberikan aba-aba. Brian membiarkan Angel melaju lebih dulu.
“Lo jangan ngeremehin Angel, Yan,” kata seseorang saat Brian masih berdiri di track. Brian menoleh dan mendapati Arya berdiri di belakangnya. Dia tampak kaget namun sedetik kemudian dia segera memeluk Arya. Mereka tertawa bersama. “Adek lo udah jauh tuh. Ntar lo kalah lagi,” kata Arya sambil meninju lengan Brian. Brian mengangguk dan segera menyusul Angel.
+++
Brian berubah menjadi kejam setelah bertemu dengan Arya. Dia turun tangan untuk melatih sang adik. Teknik mengajarnya tidak jauh berbeda dengan Arya. Kejam dan mengenal hukuman. Kali ini hukumannya adalah Angel akan dimasukkan ke klub renang Arya jika tidak sanggup mengumpulkan sepuluh poin. Mau tidak mau Angel berusaha keras saat latihan bersama Brian satu minggu kemudian.
“Heh, tangan lo kurang kuat!” bentak Brian saat Angel gelagapan mengambil nafas. Angel kelelahan dan berhenti di tengah jalan. Brian berkacak pinggang. “Kenapa berhenti, heh?” kata Brian sambil berkacak pinggang.
“Capek Kak,” jawab Angel sambil mengatur nafasnya. Brian tidak mengenal toleransi. Dia menyuruh Angel berenang kembali. Angel menurut. Brian hendak ke toilet saat insiden itu terjadi…
Angel melesat dengan gaya bebas saat seseorang berdiri di tepi kolam dan melompat. Tanpa disadarinya, Angel tengah melintas saat itu. Tubuh Angel yang mungil tertimpa tubuh cowok berbobot tujuh puluh dua kilogram! Angel kontan panik saat tubuhnya tertimpa sesuatu. Dia mencoba naik ke permukaan namun gagal karena tubuhnya terdorong ke bawah dengan kuat. Nafas Angel telah habis. Dia mati-matian menahan nafasnya, namun gagal. Berliter-liter air masuk ke kerongkongannya. Angel tidak memiliki tenaga untuk kembali ke permukaan air. Angel pingsan dan pada saat itulah seseorang mendekatinya dan mengangkat tubuhnya.
“Angel? Bangun Angel.”
Angel mendengar seseorang memanggil-manggil namanya. Matanya terbuka. Dia terbatuk-batuk. Banyak orang yang mengelilinginya. Angel menatap wajah sang penolong yang lama-kelaman mulai jelas. Arya!
“Arya,” kata Angel pelan. Dia melihat Brian menyibakkan kerumunan orang itu dan segera melarikannya ke rumah sakit. Angel baru sadar keesokan harinya. Dia mendapati Brian berdiri di samping tempat tidurnya dengan memakai seragam putih berlengan pendek. Brian masih co-ass. Kelak dia akan memakai seragam putih dengan lengan panjang setelah dilantik menjadi dokter.
“Kakak,” kata Angel pelan. Dia memegangi kepalanya yang serasa berputar. Brian mengangguk dan mengelus kepala Angel. “Jangan banyak gerak dulu ya. Lo harus banyak istirahat,” kata Brian. Angel terdiam, mengalihkan pandangannya, dan tersentak saat melihat Arya juga berada di sisi tempat tidurnya. Arya tersenyum lebar. “Angel,” panggilnya. Angel tersenyum.
“Lo masih inget gue kan?” tanya Arya. Angel tertawa geli dan mengangguk. “Ya masih lah. Lo pelatih renang gue yang paling kejam,” jawab Angel. Arya tertawa, begitu juga dengan Brian. “Itu karena gue tau lo adik Brian,” jawabnya. Angel ganti menatap kakaknya dengan pandangan tidak mengerti.
“Sebenernya… Arya dulu saingan berat gue waktu pelatihan olimpiade,” kata Brian sambil melempar pandangan ke arah Arya. Arya mengangguk. “Gue nggak pernah bisa ngalahin gaya bebas dia,” lanjut Brian.
“Tapi gaya kupu-kupu lo yang dahsyat itu bikin gue terlempar dari klub waktu seleksi,” lanjut Arya. Brian dan Arya tersenyum, begitu juga dengan Angel. Oke, lain kali Angel akan menantang mereka balapan dengan gaya dada atau gaya punggung.
Beberapa hari kemudian Angel diijinkan pulang oleh dokter. Genap satu minggu setelahnya dia telah menginjak lantai klub renang barunya. Klub renang Arya. Arya sama sekali tidak berubah. Masih kejam dan suka menghukum seperti dulu. Namun kali ini Angel tidak pernah kena hukuman karena selalu berhasil mengumpulkan poin terbanyak.
Arya mengajaknya makan malam bersama setelah sesi latihan sore itu. Mereka menuju ke restoran favorit Arya dan bertemu dengan Brian disana. Suasana seru langsung tercipta. Brian dan Arya saling melontarkan ejekan untuk Angel sedangkan Angel membalas mereka dengan cubitan. Mereka baru berhenti saat pesanan datang. Arya memesan sepiring steak dan orange juice, Brian memesan semangkuk salad dengan jus alpukat cokelat, sedangkan Angel memesan nasi goreng mie kesukaannya dan segelas jus strawberry.
“Lo udah punya pacar?” tanya Arya saat mereka sedang melahap makanan masing-masing. Angel menoleh dan langsung menggeleng. “Gue belum pernah pacaran. Dapet ultimatum dari kakak tuh,” jawab Angel tenang. Arya tertawa geli. “Kalo gitu gue first kiss lo dong,” kata Arya. Mata Angel melotot memandang Arya.
“Iya. Gue kan sempat ngasih bantuan nafas buatan waktu lo tenggelam dulu,” sahut Arya tanpa beban. Tiba-tiba selera makan Angel menguap entah kemana.









Untuk teman-temanku:
Marilah kita mulai merajut mimpi

1 komentar:

Bagaimana kualitas cerpen yang baru saja anda baca?