Sabtu, 24 Juli 2010

Prince Heboh

“Kyaaa!! Ternyata Raden Mas Rucita Rahma cakep banget orangnya!”
Metha berteriak heboh saat dia dan ketiga orang temannya makan di kantin. “Gue pikir orangnya kampungan. Ternyata enggak! Eh, eh, lo tau nggak?” lanjut Metha bersemangat. Ketiga orang temannya langsung memasang telinga.
“Pajero Sport warna merah yang parkir di depan sekolah itu punya dia!” teriak Metha. Heboh seketika. Semua siswi di SMA Taruna tahu bahwa pada hari itu mereka kedatangan seorang murid baru bergelar Raden Mas. Awalnya, rencana kedatangannya disambut sinis oleh seluruh cewek penghuni sekolah. Hah? Jaman gini masih ada Raden Mas? Pasti orangnya kampungan! Namun pandangan mereka berubah saat Yongki, panggilan Raden Mas Rucita Rahma, datang bersama dua pengawal pribadinya pagi tadi.
“Sebodo amat sama kalian, tapi buat gue, Pajero melambangkan kekayaan yang tiada tara!” lanjut Metha disambung dengan “Huuu” dari teman-temannya. Mereka masih tertawa-tawa saat seorang cowok berpenampilan rapi duduk di bangku persis di meja sebelah mereka.
“Bener juga kata lo, Meth. Lumayan tuh buat temen jalan,” kata Rahma, teman Metha. Metha tertawa senang. “Kenapa nggak lo incer aja? Siapa tau lo dapet warisan pabrik batik dari bokapnya!”
“Hahahaha!”
#
Keesokan harinya, Yongki kembali duduk tepat di samping meja Metha cs lebih karena terpaksa karena bangku yang lain penuh terisi.
“Gue yakin banget kalo dia cowok romantic,” kata Metha sambil memasukkan sebutir bakso ke mulutnya. Tiga orang temannya mengernyitkan dahi. “Gue kemaren ngintip isi mobilnya. Guess what?” Tanya Metha sambil mengerlingkan matanya. “Ada sebatang mawar putih di jok tengahnya. Jarang banget kan, ada mobil cowok yang begitu?”
“Ah, biasa aja kali, Meth. Eh, jangan-jangan mawar itu buat pacarnya,” kata Alya. Wajah Metha berubah. “Jangan dong… Raden Mas itu punya gue,” katanya sambil meratap.
Mawar putih? Raden Mas? Aku tahu siapa yang sedang mereka bicarakan!
#
Keesokan harinya, Yongki sengaja duduk di samping meja Metha cs. Seperti biasa, mereka tidak mempedulikan Yongki yang duduk dengan berbagai macam makanan di meja.
“Guys! Gue dapet nomer hapenya!” kata Metha sambil mengeluarkan HPnya. Heboh sejenak. Semua anggota geng ingin menyalinnya, namun dilarang oleh Metha. “Nggak ada yang boleh nyentuh apa lagi nyalin nomer HP dia dari HP gue!” bentaknya.
“Elo Meth, pelit amat. Bagi-bagi dong sama kita,” kata Alya disambut dengan anggukan oleh anggota geng lainnya. Metha menggeleng. “Kalian boleh nyalin nomer HPnya setelah gue ngedate sama dia.”
“Hah? Ngedate? Kapan?” Tanya Alya lagi. Metha mengerlingkan matanya. “Hm… secepatnya deh. Gue nggak sabar pengen kenal lebih jauh sama dia,” jawab Metha sambil meletakkan kedua tangannya di pipi. “Gue juga nggak sabar buat tau seberapa kaya orangnya.”
Deggg…
“Yah… kalian tau kan, selama ini gue nggak pernah pacaran sama orang miskin. Selera gue kan beda sama cewek-cewek yang lain. Gue jamin, Raden Mas itu bakalan gue taklukkan! Kalian denger itu!” kata Metha sambil memandang wajah teman-temannya satu persatu.
Oke, fine. Kita liat aja nanti…
#
“Hai… Raden Mas Rucita Rahma?”
“Iya, saya sendiri. Siapa ya?”
“Gue Metha, anak kelas IPA 6. Gue cewek paling terkenal di sekolah. Pastinya lo tau kan?”
“Oh. Iya. Ada apa ya?”
“Lo mau nggak, ngedate sama gue besok hari sabtu?”
“Oke.”
“Hah? Oke? I… Iya. Kita ketemu di resto aja. Makasih ya. See you.”
#
“Gimana acara ngedate lo kemaren?”
“Iya. Cerita dong.”
“Kita udah nggak sabar nih.”
Metha cs duduk di meja kantin. Yongki yang duduk di samping meja mereka segera membekap mulutnya agar suara tawanya tidak terdengar. Metha tampak gusar. “Nggak usah nanya-nanya!” bentaknya.
“Emangnya kenapa? Jangan-jangan lo batal ngedate ya, sama Raden Mas itu?”
“Iya nih. Wah, kemampuan lo diragukan deh.”
“Masa cewek setenar lo nggak bisa naklukin cowok itu sih?”
“Gue bilang nggak usah nanya-nanya! Denger nggak sih!” bentak Metha sambil menyilangkan tangannya di depan dada. Yongki tersenyum geli. Acara ngedate itu tidak batal. Sukses besar malah. Yongki tahu Metha belum pernah bertemu langsung dengannya. Dia juga tahu bahwa selama ini Metha mengetahui wajahnya hanya melalui foto. Maka, dengan sedikit make over, Yongki berubah menjadi cowok super culun berkacamata yang heboh kalau ditanya soal batik saat ngedate bareng Metha. Terlintas kembali kejadian malam itu yang membuat Metha malu setengah mati. Saat itu mereka sedang makan di sebuah restoran elit.
“Wah, bapakku itu pemilik pabrik batik terbesar di Jogja lho, Mbak. Suer tenan deh. Batiknya bagus-bagus lho, Mbak. Motifnya banyak lagi. Ada laba-laba, kembang mawar, kembang sepatu, kembang seroja, bunga bangkai juga ada Mbak! Lengkap! Kalau buat Mbak, tak kasih murah wis. Gimana? Tak telponin sekarang po, ke bapakku? Biar langsung bisa dikirim ke Jakarta, gitu. Oya, Mbak. Saya ndak bawa dompet. Mbak saja ya, yang bayar? Nanti batiknya didiskon deh.”
Yongki tersenyum dan meraba pipi kirinya yang masih terasa perih.

1 komentar:

  1. Cerpen asal-asalan tapi pernah juga diterbitin sama majalah remaja... duh duh... sebenernya cerpen yg seperti apa sih yg kalian cari...

    BalasHapus

Bagaimana kualitas cerpen yang baru saja anda baca?